PENDAHULUAN
Dalam dunia
pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Ini
karena motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang
sangat dominan dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Meskipun diakui bahwa kemampuan intelektual (inteligensi) dan kemampuan bakat yang dimiliki merupakan modal dasar utama dalam usaha mencapai prestasi pendidikan, akan tetapi keduanya tidak akan memiliki banyak arti apabila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaik-baiknya. Kemampuan intelektual yang tinggi hanya akan terbuang sia-sia apabila individu yang memilikinya tidak mempunyai keinginan untuk berbuat dan memanfaatkan keunggulannya. Apabila individu yang bersangkutan memang memiliki kemampuan yang tidak begitu memuaskan, maka tanpa adanya motivasi rasanya begitu sulit untuk mengharapkan sesuatu yang bernilai prestasi.
sangat dominan dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Meskipun diakui bahwa kemampuan intelektual (inteligensi) dan kemampuan bakat yang dimiliki merupakan modal dasar utama dalam usaha mencapai prestasi pendidikan, akan tetapi keduanya tidak akan memiliki banyak arti apabila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi sebaik-baiknya. Kemampuan intelektual yang tinggi hanya akan terbuang sia-sia apabila individu yang memilikinya tidak mempunyai keinginan untuk berbuat dan memanfaatkan keunggulannya. Apabila individu yang bersangkutan memang memiliki kemampuan yang tidak begitu memuaskan, maka tanpa adanya motivasi rasanya begitu sulit untuk mengharapkan sesuatu yang bernilai prestasi.
Berbicara
mengenai masalah motivasi, kita selalu berpegang pada asumsi umum bahwa apabila
faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah sama, maka individu
yang memiliki motivasi lebih tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih
tinggi pula. Fakta yang ditemukan di masyarakat pun memperlihatkan bahwa
motivasi memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan keberhasilan
seseorang. Untuk itu, makalah ini memberikan penjelasan mengenai motivasi
sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Dari latar
belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalahnya
yaitu:
1.
Apakah definisi motivasi?
2.
Apa saja jenis
motivasi?
3.
Teori apa saja yang digunakan dalam motivasi?
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan informasi mengenai definisi motivasi, jenis-jenis motivasi, dan
teori-teori yang berhubungan dengan motivasi.
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Motivasi Belajar
Motivasi
berasal dari kata ‘motif’ yang berarti daya penggerak dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, dan motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan dan dihayati (Sumadi, 1990:77). Masyarakat mengartikan
motivasi itu adalah suatu keinginan atau dorongan dari dalam diri seseorang untuk
mencapai sesuatu.
Motivasi
lebih sering dikenal sebagai keinginan atau dorongan baik dalam diri seseorang
maupun dari orang lain, sehingga dalam masyarakat mengatakan bahwa motivasi
merupakan keinginan atau dorongan dari dalam diri seseorang maupun dorongan
dari orang lain untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Ada tiga komponen utama
dalam motivasi yaitu 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan 3) tujuan.
Banyak
para ahli yang telah mempelajari tentang motivasi. Bahkan setiap para ahli
memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai definisi motivasi. Berikut
pendapat para ahli mengenai definisi motivasi:
1.
Mc. Donald mengatakan
bahwa motivation is a energy change
within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif/ perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992:173). Menurut pengertian yang diberikan
oleh Mc. Donald bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi dalam diri
seseorang yang bersifat energi positif sehingga akan dihadapi dengan persoalan
gejala kejiwaan, perasaan dan emosi yang dapat direspon dengan harapan mencapai
tujuan dalam melakukan sesuatu. Jadi jika seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, maka seseorang tersebut tidak mungkin melakukan
aktivitas belajar.
2.
Menurut Santrock,
motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama
(Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai (Sardiman, 2000).
3.
Dalam A.M. Sardiman
(2005:75):
motivasi belajar dapat diartikan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Berdasarkan
definisi yang diberikan Sardiman bahwa seseorang itu dihadapkan dengan
usaha-usaha dalam kondisi tertentu baik kondisi dalam meningkatkan prestasi
maupun kondisi yang bersifat mendorong agar mau melakukan sesuatu, ketika
seseorang tersebut tidak mau melakukan sesuatu yang positif maka dia akan
berusaha untuk mau melakukan hal tersebut. Dalam artian tidak ada yang tidak
mau, dan harus mau.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang
dikehendaki seseorang itu dapat tercapai.
B.
Jenis-Jenis
Motivasi Belajar
Berbicara
tentang jenis-jenis motivasi belajar dilihat dari berbagai sudut pandang.
Djamarah
(2011:151), mengatakan bahwa jenis motivasi ada dua, yaitu:
1.
Motivasi
Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu
dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Misalnya, anak belajar ingin mengetahui seluk-beluk suatu
masalah selengkap-lengkapnya. Siswa yang bermotivasi intrinsik mempunyai tujuan
menjadi orang terdidik yang berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu
dan lain sebagainya. Satu-satunya jalan menuju kepada tujuan yang ingin dicapai
ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin menjadi ahli.
Bila
seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar
akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan,
terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik
sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa
mendatang.
Perlu
ditegaskan bahwa anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan
menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam
bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari
kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Karena memang diakui oleh
semua pihak bahwa belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan sejumlah ilmu
pengetahuan. Belajar bisa dikonotasikan dengan membaca. Dengan begitu, membaca
adalah pintu gerbang ke lautan ilmu pengetahuan. Kreativitas membaca adalah
kunci inovasi dalam pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun berilmu
tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran manusia yang semakin maju
dalam rentangan masa tertentu karena membaca, hal itu tidak terlepas dari
masalah motivasi sebagai pendorongnya, yeng berhubungan dengan kebutuhan untuk
maju, berilmu pengetahuan.
Dorongan
untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang
yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan
kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan seremonial.
2.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang
dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menenmpatkan
tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik
belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang
dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar,
kehormatan, dan sebagainya.
Motivasi
ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam
pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Sebagai
contoh: seseorang itu belajar karena besok paginya akan ujian dengan harapan
mendapat nilai yang baik. Jadi faktor pendorongnya bukan karena ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau mendapatkan
pujian atau hadiah. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
tidak secara langsung berhubungan dengan esensi kegiatan. Oleh karena itu,
motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dalam
kegiatan pembealajaran, motivasi ekstrinsik ini tetap penting karena
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan mungkin komponen
dalam kegiatan belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.
Pendapat Dimyanti dan
Mudjiono (2006:86), mengemukakan bahwa dua jenis motivasi yaitu:
1.
Motivasi
Primer
Motivasi primer
adalah motivasi yang didasarkan motif-motif dasar. Motif-motif dasar itu
berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk
berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan
jasmaninya. Mc. Dougall (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:86), berpendapat
bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif,
dan dorongan mencapai kepuasaan. Insting yang penting adlah memelihara, mencari
makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu,
membangun dan kawin.
Ahli lain, Freud
(dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:87) berpendapat bahwa insting memiliki empat
ciri yaitu tekanan, sasaran, objek, dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang
memotivasi individu untuk bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting
maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan
atau kesenangan. Kepuasan tercapai bila tekanan energi pada insting berkurang,
misalnya keinginan makan berkurang bila individu masih kenyang. Objek insting
adalah hal-hal yang memuaskan insting baik dari luar individu maupun dari dalam
individu tersebut. Sumber insting adalah keadaan keadaan kejasmanian. Segenap
insting manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life instincts) dan insting kematian (death instincts).
2.
Motivasi
Sekunder
Motivasi
sekunder terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap adalah suatu motif yang
dipelajari. Ciri-ciri sikap, yaitu kecendrungan berpikir, merasa, kemudian
bertinda; memiliki daya dorong bertindak; relatif bersifat tetap; cenderung
melakukan penilaian; dapat timbul dari pengalaman, dapat dipelajari atau
berubah.
Sikap juga
terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya kegoncangan seseorang.
Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani, perilaku, dan kesadaran. Emosi
memiliki fungsi sebagai pembangkit energi; misalnya karena dicemoohkan orang
menjadi berusaha keras sehingga berhasil; pemberi informasi pada orang lain,
seperti rasa sedih terlukis dalam wajah; pembawa pesan dalam berhubungan dengan
orang lain, pembicara yang bersemangat menimbulkan semangat kerja dan: sumber
informasi tentang diri seseorang, seperti pemerolehan rasa sehat. Emosi
memiliki intensitas dan lama berlaku. Ada emosi ringan, kuat dan disintegratif.
Emosi yang ringan berakibat meningkatkan perhatian pada objek yang dihargai,
misalnya orang tertarik pada tontonan yang memikat. Emosi kuat disertai
perubahan fisiologis yang kuat, misalnya orang yang marah, maka detak
jantungnya bertambah dan perbahasan meningkat. Emosi yang disentegratif terjadi
bila kekuatan emosi yang memuncak dan terjadi perubahan tingkah laku, misalnya
orang yang berada dalam perdebatan dapat berubah menjadi perkelahian.
C.
Teori-Teori
Motivasi
Teori-teori
motivasi mencakup berbagai pandangan dan pendekatan. Diantaranya ada yang
berdasarkan pada pandangan behaviorisme yang mengatakan bahwa manipulasi
perilaku dapat dilakukan melaui teknik modifikasi perilaku yang berintikan pada
pemberian penguatan positif dan penguatan negatif. Juga terdapat teori kognitif
yang dalam masalah motivasi berdasarkan pada penciptaan situasi ketidak
seimbangan dalam diri subjek. Dalam uraian berikut ini dikemukakan pendekatan
yang didasarkan pada teori kebutuhan (need
theory) (Sumadi, 1990:82).
Teori
motivasi yang berangkat dari pendekatan kebutuhan (need) individu adalah teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow dalam bukunya Motivation adn Personality.
Maslow
(1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusi memiliki kebutuhan pokok.
Ia menunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang
memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkatan kebutuhan itu dikenal
dengan sebutan hirarki kebutuhan Maslow yang terdiri dari:
1.
Kebutuhan Fisiologis
(rasa lapar, rasa haus, rasa capek);
kebutuhan fisiologis disini menyangkut aspek fisik seseorang akan kebutuhan.
2.
Kebutuhan rasa aman
(merasa aman dan terlindungi dari bahaya);
maksudnya dorongan yang ada dalam diri seseorang yang menginginkan rasa
keamanan dari bahaya yang dapat dicegah melalui perlawanan.
3.
Kebutuhan akan kasih
sayang dan persahabatan (memberi dan menerima afeksi kasih sayang)
4.
Kebutuhan akan harga
diri (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan)
Menurut
teori Motivasi Herzberg (1966), terdapat dua faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari tidak kepuasan. Dua
faktor itu adalah faktor higiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Faktor motivator
memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasaan yang termasuk didalamnya
adalah pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan.
Teori
motivasi Vroom (1964) tentang cognitive
theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari
pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1.
Ekspektasi (harapan)
keberhasilan pada suatu tugas. Teori ini
menekankan pada suatu harapan siswa akan keberhasilan.
2.
Instrumentalis, yaitu
penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu
tugas
3.
Valensi, yaitu respon
terhadap outcome seperti perasaan positif, netral atau negatif
Dari ketiga teori di atas dapat disbanding berdasarkan
teori yang dimilikinya. Maslow memandang motivasi berdasarkan kebutuhan,
menurut pendapat Herzberg memandang bahwa motivasi terjadi karena ada stimulus,
sedangkan motivasi menurut Vroom memandang motivasi dari keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran.
Adapun teori-teori lain tentang motivasi yaitu:
·
Teori
Insentif: Yaitu teori yang
mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan karena ada
insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai
sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika
Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan bekerja lebih giat
lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible
atau intangible. Seringkali sebuah
pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.
·
Dorongan
Biologis: Dalam hal ini yang
dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk di dalamnya dorongan makan
dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi.
Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus lagi saat melihat
segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar saat mencipum
bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau bawaan
kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan hidup.
·
Teori
Hirarki Kebutuhan: Teori ini dikenalkan
oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini
menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial, kebutuhan
penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
·
Kejelasan
Tujuan: Teori ini mengatakan
bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari
teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia
memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal
Setting (penetapan tujuan)
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah diberikan pada halaman sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Motivasi
adalah suatu keinginan ataupun dorongan dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu agar tercapainya tujuan yang diinginkan. Ada tiga komponen
utama dalam motivasi yaitu 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan 3) tujuan.
2. Jenis-jenis
motivasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik yang
dipengaruhi oleh stimulus. Motivasi intrinsik
yaitu motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari
luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Selain itu ada juga ahli
berpendapat bahwa motivasi itu terdiri dari motivasi primer dan motivasi
sekunder yang dipengaruhi oleh dorongan.
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan motif-motif dasar. Sedangkan
motivasi sekunder adalah suatu motif yang dipelajari.
3.
Terdapat banyak teori
yang mengemukakan tentang motivasi. Teori-teori
tersebut adalah:
Teori maslow
1)
Kebutuhan Fisiologis
2)
Kebutuhan rasa aman
3)
Kebutuhan akan kasih
sayang dan persahabatan
4)
Kebutuhan akan harga
diri
5)
Kebutuhan akan
aktualisasi diri
Teori Herzbreg
1)
Faktor
Ekstrinsik
2)
Faktor Intrinsik
Teori Vroom
1)
Ekspektasi (harapan)
2)
Instrumentalis
3)
Valensi
Teori motivasi
1)
Teori Insentif
2)
Dorongan Biologis
3)
Teori Hirarki Kebutuhan
4)
Kejelasan Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti dan
Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan.
Palembang: Grafika Telindo Press.
Sumadi,
Suryabrata. 1990.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Sutikno, Sbry.
2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama
0 komentar:
Posting Komentar