JAWABAN
UJIAN TENGAH SEMESTER FILSAFAT ILMU
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Soal
1. Deskripsikan dan petakan keberadaan
mata kuliah Filsafat Ilmu dalam kerangka keseluruhan program studi Teknologi Pendidikan
Pascasarjana UNSRI. Bagaimanakah peran mata kuliah ini dalam upaya
mengembangkan mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional?
Jawaban
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada
hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi
yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena. Artinya filsafat itu merupakan
ilmu yang digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang ada (Surajiyo,
2008:6). Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan karena memberi sumbangan
dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu
pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat
membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung-jawabkan
ilmunya. Pertanggung-jawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap
langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan
harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersubjektif).
Hampir semua penyakit dan ilmu dapat dipelajari oleh
kita. Semua itu berangkat dari filsafat. Filsafat itu ibarat pondasi dalam
sebuah bangunan. Filsafat (mencari kebenaran versi manusia) mulanya berasal
dari data empiris (pengalaman). Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk
memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu keabsahan
atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsafat ilmu memperkenalkan knowledge dan science yang dapat ditransfer
melalui proses pembelajaran atau pendidikan.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan
menyelidiki sesuatu mengenai semua ilmu secara mendalam dan secara meluas,
terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Filsafat ilmu menuntut jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa
yang dapat diketahui? (Jawabannya: Metafisika)
2) Apa
yang seharusnya diketahui? (Jawabannya: Etika)
3) Sampai
dimana harapan kita? (Jawabannya: Agama)
4) Apa
itu manusia? (Jawabannya: Antropologi) (Bakry dalam Tafsir, 1990:9)
Selain itu menurut Komara (2011:6) filsafat ilmu
menuntut jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)
Karaktersitik-karakteristik apa yang
membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe penyelidikan lain?
2)
Kondisi yang bagaimana yang patut
dituruti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam?
3)
Kondisi yang bagaimana yang harus
dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar menajadi benar?
4)
Status kognitif yang bagaimana dari
prinsip-prinsip dan hokum-hukum ilmiah?
Ilmu yang kini telah mengelaborasi ruang lingkupnya
yang menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang paling dasariah, baik
individual maupun sosial memiliki dampak yang amat besar, setidaknya menurut
Koentowibisono dalam Komara (2011:6) ada tiga hal. Pertama, ilmu yang
satu sangat berkaitan dengan yang lain, sehingga sulit ditarik batas antara
ilmu dasar dan ilmu terapan, antara teori dan praktik. Kedua, semakin
kaburnya garis batas tadi sehingga timbul permasalaha sejauh mana seorang
ilmuwan terlibat dengan etika dan moral. Ketiga, dengan adanya
implikasi yang begitu luas terhadapat kehidupan umat manusia, timbul pula
permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai sesuatu yang membawa kemajuan
atau malah sebaliknya.
Dengan pemahaman yang tertera di atas, bahwa
filsafat ilmu sebagai dasar dari segala ilmu pengetahuan karena filsafat ilmu
menelusuri, menyelidiki pengetahuan sehingga terlahirlah ilmu yang merupakan
objek sasarannya atau yang populer dengan sebutan “ilmu tentang ilmu”. Maka
peran filsafat ilmu dalam kerangka keseluruhan program studi Teknologi
Pendidikan adalah sebagai landasan, pijakan, dasar dalam memahami, menelusuri,
mengkaji segala kerangka program studi Teknologi Pendidikan sehingga dapat
melahirkan ilmuwan dan profesional yang dapat berdedikasi secara nasional
khususnya maupun internasional umumnya.
Soal
2.
Filsafat membahas dua objek kajian
pokok, formal dan material. Bagaimana memaknai dua kajian tersebut! Jawaban dengan
contoh akan lebih mengklarifikasi jawaban saudara!
Jawaban
Filsafat ilmu tidak lain adalah segenap pemikiran
yang sistematis dan radikal (berfikir mendalam) atas persoalan mengenai ilmu
pengetahuan, landasan serta hubungannya dengan kehidupan manusia serta filsafat
ilmu itu harus refleksi (keseluruhan nilai dan makna terhadap objek-objek yang
dihadapi) dan integral (memperoleh pengetahuan secara keseluruhan) (Surajiyo,
2008:6).
Sebagai suatu studi, filsafat ilmu tentu memiliki
bahasan sebagaimana tersirat dalam pengertian filsafat ilmu. Mengenai hal ini,
para pembahas filsafat ilmu memahami obyek studi dari Filsafat Ilmu dalam dua
hal, terdiri atas obyek material dan obyek formal.
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan, seperti hal yang
diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa
saja, baik hal yang konkret maupun hal yang abstrak (Surajiyo, 2008:7). Artinya
filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam
tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam
kemungkinan, ada dalam pikran atau konsep. Obyek material atau pokok bahasan
dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan yang telah tersistemasisasi dengan
metode ilmiah dan telaah terhadap kebenarannya.
Auguste Comte dalam Sudrajat (2008) mendasarkan
klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan
berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:
Ilmu
pasti/matematika
Ilmu
falak/astronomi
Ilmu
fisika
Ilmu
kimia
Ilmu
hayat/biologi, dan
Sosiologi.
Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek
dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti
adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti
aturan tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti meskipun
matematika paling bersahaja. Matematika juga merupakan alat bagi segenap
ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu palak menambahkan unsur gerak terhadap
matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau
matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan
objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja kehidupan
dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelajari gejala kehidupan
manusia berkelompok sebagai makhluk sosial.
Sedangkan Objek formal filsafat yaitu sudut pandang
yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu,
atau sudut dari mana objek material itu disorot (Surajiyo, 2008:9). Artinya
objek formal itu adalah hakikat terdalam/ substansi/ esensi/ intisari. objek
formal atau konsentrasi bahasan dari filsafat ilmu tidak lain adalah hakikat
dari ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat ilmu bekerja untuk memahami
persoalan mendasar dari suatu ilmu pengetahuan, seperti landasan filsafat ilmu
(ontologi, epistemologi, dan aksiologi) (Mustansyir dan Munir, 2009).
Aristoteles dalam Sudrajat (2008) memberikan suatu
klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis
(spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak
pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu
sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi
atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan
metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma
atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia,
dan politika. Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan
suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya,
yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan
poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat yang akan
digunakan untuk penerapan.
Soal
3.
Jelaskan makna ilmu, bagaimanakah
perkembangan suatu jenis pengetahuan menjadi ilmu, berikan contoh!
Tidak semua pengetahuan manusia
dapat dikategorikan sebagai ilmi. Sependapatkah saudara dengan pernyataan
tersebut. Berikan penjelasan!
Jawaban
a. Makna
ilmu, bagaimanakah perkembangan suatu jenis pengetahuan menjadi ilmu
Kesadaran manusia secara garis besar terbagi atas
tiga dimensi yang amat penting. Pengalaman, perasaan dan pengetahuan. Ketiga
dimensi itu berbeda secara substantif tetapi sangat saling berkaitan. Pengetahuan
adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi
tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan
hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Dalam perkembangannya pengetahuan
manusia berdiferensiasi menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan
dan wawasan. Untuk melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan
contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan),
praktek Islam di Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika dan statistika
merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya
bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat ilmu.
Setiap ilmu (sains)
adalah pengetahuan (knowledge),
tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan
yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan
pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu
oleh filsafat, lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika,
bahasa, statistika dan metode ilmiah (Suriasumantri, 1990). Maka seseorang yang
ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan
tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang
banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah.
Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun
pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan
lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
Untuk berpengetahuan seseorang cukup buka mata, buka
telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk berilmu, maka
metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka mata, buka telinga, pahami
realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan. Seseorang yang ingin
berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir manusia berilmu,
menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan langkah terakhir
manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan, membuat pembahasan
secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu yang
ditemukannya sendiri.
Apa maksud “membaca langkah terakhir manusia
berilmu” ? Postulat ilmu mengatakan bahwa ilmu itu tersusun tidak hanya secara
sistematis, tetapi juga terakumulasi disepanjang sejarah manusia. Tidak ada
manusia, bangsa apapun yang secara tiba-tiba meloncat mengembangkan suatu ilmu
tanpa suatu dasar pengetahuan sebelumnya. Katakanlah bahwa sebelum abad
renaisansi di Eropa, bangsa Eropa berada dalam kegelapan yang terpekat. Karena
larut dalam filsafat skolastik yang mengekang ilmu dan peran gereja. Para
ilmuwan dan para filsafat abda itu tentu memiliki guru-guru yang melakukan
pembacaan terhadap mereka tentang sampai batas terakhir manusia berilmu di
zaman itu. Ilmu kimia abad modern sekarang adalah berpijak pada ilmu kimia,
katakanlah abad 10 masehi yang berada di tangan orang-orang Islam. Dan ilmu
kimia di abad 10 masehi itu tentu bepijak pula pada ilmu kimia abad 3500 tahun
sebelum masehi, katakanlah itu misalnya dari negeri dan zaman firaun (http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-pengetahuan/).
Jadi seseorang yang ingin berilmu teknologi
pendidikan, maka ia harus mengumpulkan dulu pengetahuan-pengetahuan teknologi
pendidikan yang telah disusun sampai hari kemarin oleh para ahli ilmu tersebut
dan merentang terus kebelakang sampai zaman yang dapat dicapai oleh pengetahuan
sejarah. Untuk mendapatkan ilmu secara kompatibel, kredibel, aksesibel, dan
lain-lain bel positif lainnya, untuk berilmu ialah dengan sekolah formal, dari
SD hingga S3
b.
Apakah
semua pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu.
buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan.
Adapun untuk berilmu, maka metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka
mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan pengetahuan.
Maka dengan sangat jelas saya setuju akan
pendapat bahwa tidak semua pengetahuan di kategorikan sebagai ilmu. Karena,
ilmu itu didapatkan dengan proses atau perintisan yang mendalam. Maksudnya daya
pengenalan, penganalisaan dengan metode yang sesuai, sehingga akan menghasilkan
sebuah teori ilmu.
Dalam hal ini Aristoteles berpendapat yang dapat
dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal
sebagai berikut: 1) Hal Pengenalan. Menurut Aristoteles terdapat dua macam
pengenalan, yaitu: (1) pengenalan inderawi; (2) pengenalan rasional. Menurut
Aristoteles, pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang hal-hal yang
kongkrit dari suatu benda. Sedang pengenalan rasional dapat mencapai hakekat
sesuatu, melalui jalan abstraksi. 2) Hal Metode. Selanjutnya, menurut
Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau
hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau
hukum berarti berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles, mengembangkan
“ilmu pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan “ilmu
pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan
kualitas teori dan metode. Selanjutnya, menurut Aristoteles, metode untuk
mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1) induksi intuitif yaitu
mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal); (2) deduksi
(silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
Soal
4.
Dalam pembentukan suatu argumen
atau hasil pemikiran/penalaran yang logis diperlukan logika berfikir, baik
deduktif maupun induktif. Jelaskan dan berikan contoh penggunaan logika dalam
berfikir tersebut.
Jawaban
Menurut Surajiyo (2008:56), ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud adalah suatu
fenomena yang ditangkap oleh indrawi manusia. Menangkap berarti mengamati atau
mengobservasi, sedangkan yang diamati dari fenomena itu tidak lain adalah fakta.
Dalam observasi itu fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasikan
dan diklarifikasi, disusun secara teratur (sistematis) kemudian dibuat
generalisasi sebagai kesimpulannya. Dari sinilah terwujud hukum, dalil, atau
teori dari suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan
induksi (menginduksi). Maka dapat dikatakan bahwa induksi adalah suatu bentuk
penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari jumlah proposisi khusus
(Surajiyo, 2008:121). Artinya logika berfikir induksi ini dimulai dari hal-hal
yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena,
menuju generalisasi.
Contoh
:
Sejak
kecil kita memperhatikan bahwa matahari terbenam di barat. Hari berikutnya,
masih demikian. Hari berikutnya, masih juga demikian. Sampai hari ini, matahari
masih juga terbenam di barat. Kenyataan seperti itu merupakan fakta khusus.
Berdasarkan pengalaman ini, maka kita menyimpulkan bahwa “setiap hari matahari terbenam
di timur”. Perhatikan cara pengambilan kesimpulan ini. Fakta-fakta khusus
melahirkan sebuah kesimpulan umum. Ini adalah penarikan kesimpulan secara
induktif.
Deduktif merupakan kebalikan dari induktif. Cara
kerjanya bermula dari hal yang umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal
yang khusus (particular). Prinsip dasarnya adalah segala yang dipandang benar
pada semua peristiwa dalam satu jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada
semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asalkan hal yang khusus ini
benar merupakan bagian atau unsure dari hal yang umum tersebut. Contohnya:
Tanaman
perlu perawatan. Merawat tanaman dapat dilakukan dengan cara memberi pupuk,
menyiram setiap hari, dan menyiangi rumput yang mengganggu pertumbuhannya. Apalagi
perawatan tanaman dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tanaman akan tumbuh dengan
baik dan berkualitas tinggi sehingga dapat dinikmati dengan puas. Tanaman yang
baik tentunya akan membuat halaman rumah kita akan terasa lebih nyaman dan
tanaman yang bersih, dapat berpengaruh positif untuk kesehatan kita.
Bahan Rujukan
Komara,
E. 2011. Filsafat Ilmu dan Metode
Penelitian. Jakarta: Refika Aditama
Mustansyir,
R. & Munir, M. 2009. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudrajat.
2008. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Pustaka Setia.
Surajiyo.
2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri,
J. S. 1990. Filsafat Ilmu, sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Tafsir,
A. 1990. Filsafat Umum: Akal dan Hati
sejak Thales sampai James. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nashrulloh,
A. 2009. Perbedaan antara Ilmu dan Pengetahuan
diunduh pada hari Senin tanggal 18 November 2013 melalui http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-pengetahuan/).
0 komentar:
Posting Komentar