Rahmita Solihat
NIM. 06032681318042
PENDAHULUAN
Sering kita
mendengar kata perubahan (change) terutama
ketika kita membahas hal-hal berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui
diri dalam situasi mengahadapi perubahan di lingkungan strategi organisasi, dan
setiap perubahan memerlukan orang/individu
yang menjadi pemandu proses
berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun dalam
masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana diharapkan.
Kehidupan
merupakan sesuatu yang kompleks dan majemuk. Terdapat banyak hal dalam
kehidupan yang bisa berubah tiba-tiba atau bahkan berubah dengan waktu yang
lama. Perubahan akan selalu terjadi baik itu progesif atau regresif. Dalam
kehidupan sosial, perubahan yang diharapkan tentu perubahan yang progesif,
berkembang, dan berdaya guna. Berhubungan dengan inovasi, setiap inovasi adalah
perubahan sosial, tapi setiap perubahan sosial belum tentu inovasi. Inovasi
cangkupannya lebih sempit ketimbang dengan perubahan sosial. Inovasi merupakan
perubahan yang progres dan diharapkan bisa berdaya guna, sedangkan perubahan
sosial mencangkup perubahan yang baik maupun yang buruk.
Pengertian agen
perubahan (The Change Agent) adalah
individu atau seseorang yang bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan
agar mereka mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen perubahan
menghubungkan antara sumber perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll) dengan
sistem masyarakat yang menjadi target perubahan. Dengan demikian komunikasi
adalah alat strategi bagi tercapainya suatu perubahan dalam organisasi maupun
sistem sosial dalam masyarakat.
Komunikasi adalah
proses berbagi informasi dalam sistem sosial masyarakat yang menciptakan temuan
(innovator) dengan target perubahan
(kelompok masyarakat) dan atau proses berbagi informasi diantara sesama mereka
agar mampu membangun situasi saling pengertian melalui penjelasan/pencerahan
dalam menjalin hubungan antara agen perubahan dengan kelompok masyarakat yang
menjadi target perubahan. Ada berbagai profesi yang mungkin akan menjadi agen
perubahan yang efektif dalam organisasi atau masyarakat seperti pekerja sosial,
consultant, widyaiswara, penjual
barang & jasa (sales), pekerja
kesehatan dan lain-lain. Dari berbagai profesi tersebut, dalam menjalankan perannya
sebagai agen perubahan dengan cara memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi
dari sumber inovasi kepada para target dari inovasi itu.
Proses inovasi
itu sendiri tak lepas kaitannya dengan pengusaha perubahan, agen perubahan, dan
masyarakat. Kemajemukan masyarakat akan berdampak pada kesenjangan antara
pengusaha perubahan dengan masyarakat. Kesenjangan tersebut yang dapat
menghambat proses difusi inovasi itu sendiri.
Peran agen perubahan seperti jembatan antara pengusaha perubahan dengan
masyarakat dan seperti pelumas agar
inovasi bisa berjalan dengan lancar. Inovasi bisa saja terhambat bahkan gagal
tanpa adanya agen perubahan. Agen perubahan mampu memperdayakan sesama agar
turut serta menikmati manfaat inovasi. Kedua kaki agen perubahan berpijak
diantara pengusaha perubahan dengan masyarakat. Agen perubahan sangat urgen
peranannya dalam inovasi. Karena itu perlu pembahasan lebih jauh mengenai agen
perubahan itu sendiri.
PEMBAHASAN
Agen
Perubahan sebagai Penghubung
Banyak perbedaan
dalam memutuskan bersama definisi dari agen perubahan. Guru-guru, para
konsultan, dokter umum, agen perluasan agrikultural, pekerja pengembangan, dan
sales. Dari kesemua agen perubahan tersebut memberikan suatu hubungan
komunikasi antara sebuah sistem sumber dari beberapa yang serupa dan sistem
klien. Salah satu peran utama dari agen perubahan adalah memfasilitasi
aliran/arus inovasi dari agen perubahan sampai kepada pendengar/audiens dari
klien. Agar tipe komunikasi ini dapat efektif, inovasi harus diseleksi/dipilih
agar cocok/sesuai dengan kebutuhan klien. Agar pertalian/hubungan dapat
berjalan efektif, feedback/umpan
balik dari sistem klien harus mengalir/mengarah sampai agen perubahan kepada
perwakilan perubahan dengan begitu dapat diatur program yang cocok dengan
kebutuhan klien.
Agen perubahan
mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika didalamnya tidak
terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara agen perubahan (change agency) dan sistem klien. Sistem
agen (agency) perubahan biasanya
terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat yang
tinggi dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen perubahan
secara personal mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur, science,
atau bidang-bidang teknik lainnya.
Pemimpin mereka
(agen perubahan) mengetahui bahwa sulit bagi mereka untuk mengkomunikasikan
secara langsung suatu inovasi dengan klien. Mereka berbeda (heterophily) dalam sub-kebudayaan
bahasa, status sosio-ekonomi, kepercayaan dan nilai-nilai. Jurang pemisah
heterophily ini dari kedua sisi antara agen perubahan membuat peran konflik dan
masalah yang pasti dalam komunikasi. Sebagai jembatan/penengah dua sistem
berbeda, agen perubahan adalah sebuah figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan
dalam masing-masing dari dua dunia.
Sebagai tambahan
untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agen-agen sosial harus berhadapan
dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi (information overload), kondisi dari individu atau sistem dimana
input komunikasi yang berlebihan tidak dapat diproses dan
dimanfaatkan/digunakan dapat menuju kerusakan. Banyaknya volume informasi
mengenai inovasi mengalir/berasal dari agen perubahan (change agency) mungkin dapat mengatasi kapasitas agen perubahan
untuk memilih pesan yang paling relevan untuk sistem klien. Dengan pemahaman
akan kebutuhan dari klien-klien, seorang agen perubahan dapat secara selektif
mengubah mereka hanya menjadi informasi yang relevan.
Setiap inovasi
adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu inovasi.
Everett M Rogers, agen perubahan (the chage
agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima
inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha perubahan (change agency). Pekerjaan ini mencakup berbagai macam pekerjaan seperti
guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua
agen perubahan bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha perubahan
(sumber inovasi) dengan sistem klien (sasaran inovasi). Dalam kenyataannya
pengusaha perubahan biasanya didirikan oleh orang-orang ahli atau berpendidikan
tinggi dalam bidang inovasi yang sedang didifusikan (digabungkan), misalnya
Doktor dalam pertanian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Oleh karena
terdapat perbedaan pengetahuan yang sangat jauh dari klien, maka terjadi
hambatan komunikasi. Bahkan mungkin antara pengusaha perubahan dengan klien
bukan hanya heterophily dalam bidang teknik tetapi juga dalam bidang
sosial-ekonomi, adat-istiadat, kepercayaan, dan sikap.
Agen perubahan
justru menjalin hubungan dengan dua sistem inferensial (yang dapat disimpulkan)
dengan kemungkinan keduanya heterophily yaitu hubungan dengan pengusaha perubahan
dan juga dengan sistem klien. Dalam kamus besar bahasa Indonesia heterophily merupakan suatu keadaan
gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi
yang berbeda-beda dalam sifati-sifat tertentu. Agen perubahan harus dapat
mengatasi situasi tersebut dengan cara mengadakan seleksi informasi disesuaikan
dengan masalah dan kebutuhan klien. Dengan memahami kebutuhan klien, agen klien
dapat membatasi informasi yang disampaikan kepada klien, hanya yang relevan
dengan kebutuhan.
Urutan
Peran Agen Perubahan
Dalam
melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran
agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah
inovasi kepada suatu sistem klien.
1.
Membangkitkan
kebutuhan untuk berubah
Seorang
agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan kebutuhan untuk
merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan,
agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi,
menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi,
dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut. Agen
perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini dan juga mencoba membantu klien untuk
mendapat kebutuhan yang lebih baik.
2.
Memantapkan
hubungan pertukaran informasi
Ketika
kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus
mengembangkan hubungan dengan kliennya. Agen perubahan dapat meningkatkan
hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Klien harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan menerima inovasi yang
dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar bagaimana agen perubahan itu
dirasakan oleh klien.
3.
Mendiagnosa
masalah yang dihadapi
Agen
perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah para klien untuk
menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan mereka.
Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan
empatik dari sudut pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba untuk
mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan inovasi yang
paling tepat. Agen perubahan melihat masalah dengan kacamata klien, artinya
kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien,
bukan berdasarkan pandangan pribadi agen perubahan.
4.
Membangkitkan
kemauan klien untuk berubah
Setelah agen perubahan
mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam kesempatan dari tindakan yang dapat
mengantarkan klien mencapai tujuan mereka, agen perubahan mencari cara agar
mereka tertarik dengan inovasi. Namun, cara yang digunakan harus tetap
berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan
inovasi (tersirat).
5.
Mewujudkan
kemauan dalam perbuatan
Agen
perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam menyesuaikan
saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan interpersonal
mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap
persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Agen
perubahan dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem
klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi. Komunikasi
interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan
sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan
inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen perubahan yang paling tepat
menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka
masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6.
Menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi
Agen
perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai
menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti
“membekukan” tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan ketika
seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam
proses keputusan inovasi.
7.
Mengakhiri
hubungan ketergantungan
Tujuan
akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari klien.
Ketika perubahan telah terjadi pada klien dan dipandang telah stabil, maka
seorang agen perubahan harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan
dengan mengembangkan kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya
sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien
dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau
seseorang dari kalangan mereka sendiri.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesuksesan Agen Perubahan
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen perubahan, berkenaan dengan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Usaha Agen Perubahan
Sebagai indikator untuk mengetahui kegigihan (besarnya) usaha
agen perubahan ialah: jumlah klien yang dihubungi untuk berkomunikasi,
banyaknya waktu yang digunakan untuk berpartisipasi di desa (tempat tinggal)
klien dibandingkan dengan waktu di kantor atau di rumah sendiri, banyaknya
keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi inovasi, ketepatan memilih waktu
untuk berkomunikasi dengan klien dan sebagainya. Makin banyak jumlah klien yang
dihubungi, makin banyak waktu yang digunakan di tempat tinggal klien, makin
banyak keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi dan makin tepat agen perubahan
memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien, dikatakan makin gigih atau
makin besar usaha klien untuk kontak dengan klien. Dari berbagai bukti
dirumuskan generalisasi bahwa Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif
dengan besarnya usaha mengadakan kontak dengan klien.
2.
Pengusaha Perubahan
Versus Orientasi pada klien
Sebagaimana telah kita ketahui posisi agen perubahan berada
ditengah-tengah antara pengusaha perubahanan dan sistem klien. Agen perubahan
harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha perubahanan, tetapi
dilain pihak ia juga harus bekerja bersama dan untuk memenuhi kepentingan
klien. Agen perubahan akan mengalami kesukaran jika apa yang diminta oleh
pengusaha perubahan tidak sesusai dengan kebutuhan klien. Namun demikian agen perubahan
akan berhasil melaksanakan tugasnya jika ia mampu untuk mengambil kebijakan
dengan lebih berorientasi pada klien. Agen perubahan harus menunjukan keakraban
dengan klien, memperhatikan kebutuhan klien, sehingga memperoleh kepercayaan
yang tinggi dari klien. Dengan dasar hubungan yang baik itu agen perubahan
dapat mengambil kebijakan menyesuaikan kebutuhan klien dengan kemauan pengusaha
Perubahanan. Tetapi jika agen perubahan tidak berorientasi pada pengusaha perubahanan,
maka akan dianggap lawan oleh klien dan sama sekali tidak dapat mengadakan
kontak atau komunikasi. Dari berbagai bukti hasil pengamatan dan penelitian
dirumuskan generalisasi (9-2) “Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif
dengan orientasi pada klien dari pada orientasi pada pengusaha perubahanan”.
3.
Sesuai dengan kebutuhan
klien
Salah
satu tugas agen perubahan yang sangat penting dan sukar melaksanakannya ialah
mendiagnosa kebutuhan klien. Banyak terbukti usaha difusi inovasi gagal karena
tidak mendasarkan kebutuhan klien, tetapi lebih mengutamakan pada target
inovasi sesuai kehendak pengusaha perubahanan. Sebagai contoh, disebuah desa
suku Indian, mendapat dana dari pemerintah untuk membangun irigasi agar dapat
meningkatkan hasil pertaniannya. Tetapi sangat dibutuhkan orang di desa itu
tendon air untuk minum, karena mereka harus berjalan sejauh 3 km untuk
mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk membangun waduk air bukan di
sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air itu untuk minum bukan untuk
irigasi. (Rogers, 1983, hal 320).
Dari
berbagai bukti itu, dirumuskan generalisasi (9-3) “Keberhasilan agen perubahan
berhubungan positif dengan kesesuaian program difusi dengan kebutuhan klien”.
4.
Empati dari Agen
Perubahan
Seperti
telah kita ketahui bahwa empati akan mempengaruhi efektifitas komunikasi.
Komunikasi yang efektif akan mempercepat diterimanya inovasi. Generalisasi (9-4)
“Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan empatik terhadapat
klien”.
Perlu
diperhatikan bahwa makin banyak perbedaan antara agen perubahan dengan klien
makin sukar agen perubahan menunjukan empatik. Untuk mengatasi hal ini biasanya
diadakan pemilihan calon agen perubahan dipilihkan orang yang mempunyai latar
belakang kehidupan sesuai dengan klien dimana agen perubahan akan bekerja.
5.
Homophily dengan klien
Sebagaimana
telah kita ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah pasangan individu yang
berinteraksi dengan mimiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama (sama
bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan sebagainya). Heterophily ialah pasangan
individu yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang
berbeda. Biasanya agen perubahan yang berbeda dengan klien lebih disegani, dan
lebih suka mengadakan dengan klien yang memiliki persamaan dengan dia. Dari
pernyataan umum ini melahirkan serangkaian generalisasi yang ditunjang dengan
bukti-bukti berdasarkan pengalaman para ahli.
Generalisasi (9-5)
“Kontak yang dilakukan agen perubahan berhubungan positif dengan status sosial
antara klien‟.
Generalisasi (9-6)
“Kontak yang dilakulkan agen perubahan berhubungan positif dengan besarnya
partisipasi sosial antar klien”.
Generalisasi (9-7) “Kontak yang dilakukan agen perubahan
berhubungan positif dengan tingginya tingkat pendidikan antara klien‟.
Generalisasi (9-8) “Kontak yang dilakukan agen perubahan,
berhungan positif dengan sifat cosmopolitan antara klien. Generalisasi tersebut
berdasarkan pemikiran bahwa kontak komunikasi antara agen perubahan dengan
klien akan lebih efektif jika homophily‟.
6.
Kontak agen perubahan
dengan klien yang berstatus lebih rendah
Sebenarnya
klien yang kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya, harus mendapat lebih
banyak bantuan dan bimbingan dari agen perubahan. Tetapi sesuai dengan prinsip
homophily maka justru agen perubahan lebih banyak kontak dengan klien yang
berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya. Sehingga dapat timbul
pendapat yang kurang benar dari agen perubahan yang menyatakan bahwa klien yang
berstatus lebih rendah tidak termasuk tanggungjawabnya dalam pelaksanaan difusi
inovasi. Jika ini terjadi maka akibatnya makin parah, karena makin terbuka
kemungkinan klien yang berstatus lebih rendah tidak terjamah sama sekali oleh
bantuan agen perubahan. Salah satu cara untuk mengatasi dengan jalan memilih perubahan
yang sedapat mungkin sama dengan klien atau paling tidak mendekati, misalnya
sama daerahnya, sama bahasanya, sama kepercayaannya dan sebagainya. Dengan
dasar itu maka dirumuskan generalisasi (9-9) ‟Keberhasilan agen perubahan
berhubungan positif dengan klien yang homophily‟.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen perubahan.
Dalam penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara pelaksanaan
penyebaran inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap relevan dengan
klien. Tetapi tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan meningkatkan
kemampuan dalam penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan makin tinggi
jarak pengetahuan agen perubahan dengan klien. Jadi terjadi masalah hubungan
agen perubahan dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini dengan
mengadakan pembantu profesional.
7.
Pembantu
para-profesional
Pembantu para-profesional ialah orang yang bertugas membantu
agen perubahan agar terjadi kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah.
Pembantu para-profesional dari segi pengetahuan tentang inovasi dan teknik
penyebaran inovasi, kurang dari agen perubahan. Tetapi dengan mengangkat
pembantu para-profesional ada keuntungannya yaitu biaya lebih rendah dapat
kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah dari agen perubahan, karena
para pembantu para-profesional lebih dekat dengan klien (homophily).
8.
Kepercayaan klien
terhadap agen perubahan (credibility)
Pembantu
agen perubahan (aide) kurang memperoleh
kepercayaan dari klien, jika ditinjau dari segi kompentensi profesional karena
ia memang kurang profesional. Tetapi pembantu agen perubahan, memiliki
kepercayaan dari klien karena adanya hubungan yang akrab sehingga tidak timbul
kecurigaan. Klien percaya pada pembantu agen perubahan karena keyakinannya akan
membawa kebaikan bagi dirinya, yang disebut: kepercayaan, keselamatan (savety, credibility). Pada umumnya agen perubahan
(profesional dan hetrophily) memiliki kepercayaan kompetensi (competency credibility), sedangkan pembantu agen perubahan (tidak
profesional dan homophily) memiliki kepercayaan keselamatan (savety, credibility). Seharusnya agen perubahan
yang ideal harus memiliki kedua kepercayaan tersebut secara seimbang. Tetapi
hal ini susah diperoleh, karena jika agen perubahan itu profesional berarti ia
sarjana yang menguasai ilmu dan teknik, maka timbul perbedaan dengan klain yang
berpendidikan rendah (heterophily).
Salah
satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan jalan mengangkat orang yang telah
menerima dan menerapkan inovasi, sebagai pembantu agen perubahan mempengaruhi
teman-temannya (anggota sistem klien yang lain) untuk menerima inovasi. Cara
ini telah terbukti berhasil di India dalam difusi inovasi keluarga berencana dengan
cara vasektomi. Pengusaha perubahan memberi upah kepada orang yang sudah
melaksanakan vasektomi yang mau dijadikan Canvasser (membantu mencari pengikut
KB). Ternyata canvasser di India ini memiliki keseimbangan antara kepercayaan
kompetensi dan kepercayaan keselamatan. Ia dimata klien telah memiliki
kopetensi karena telah berpengalaman manjalani operasi vasektomi. Canvasser
juga memperoleh kepercayaan keselamatan, karena ia memiliki banyak persamaan
dengan klien (homophily), sama dari status ekonomi lemah, sama tingkat
pendidikannya, sama asal daerahnya, sama bahasanya dan sebagainya. Jadi Canvasser
di India berhasil karena pembantu agen perubahan memiliki keseimbangan
kepercayaan baik kompetensi maupun keselamatan, ditambah lagi biaya honor lebih
murah dari pada agen perubahan yang profesional. Dengan pengalaman itu
dirumuskan generalisasi (9-10) ‟Keberhasilan agen perubahan berhubung positif
dengan kepercayaan (credibility) dari
sudut pandang klien”.
9.
Profesional semu
Sebagaimana
kita ketahui bahwa pembantu agen perubahan dapat memberikan beberapa keuntungan
seperti biaya operasional rendah dan dapat menjembatani kesenjangan
heterophily, namum tidak berarti bahwa agen perubahan lalu sama sekali tidak
diperlukan. Agen perubahan tetap masih sangat dibutuhkan untuk menatar atau
mamilih pembantu agen perubahan, engadakan super visi, dan juga membantu
mencegah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pembantu agen perubahan.
Satu masalah yang sering dijumpai pembantu agen perubahan ialah timbulnya
profesional semu yang terjadi karena pembantu agen perubahan bergaya seperti
agen perubahan profesional. Ia memakai pakaian, cara bertindak, dan sebagainya
yang menyamai tenaga agen perubahan profesional. Secara psikologis hal ini wajar,
karena ia mengagumi kehebatan kopetensi profesional agen perubahan, sehingga
berusaha meniru agar menambah wibawa. Tetapi sebenarnya yang diperoleh justru
terbalik, karena dengan bergaya seperti tenaga profesional akan menghilangkan
fungsinya untuk menjembatani kesenjangan heterophily. Biasanya jika pembantu
agen perubahan menyadari adanya masalah profesional semu, mereka akan berusaha
dan berhati-hati dalam bertindak sehingga terhindar dari hambatan terjadinya
profesional semu tersebut.
10. Pemimpin
opini
Dimuka
masyarakat atau sistem sosial sering terdapat orang yang pendapat-pendapatnya
mudah diikuti oleh teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku orang lain secara
informal, dengan tujuan tertentu, disebut pemuka pendapat. Dari berbagai
pengalaman dan pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak difusi inovasi
berhasil dengan cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada didalam sistem
sosial. Maka dirumuskan generalisasi (9-11) “Keberhasilan agen perubahan
berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka
pendapat”. Waktu bagi agen perubahan merupakan sumber yang sangat berharga.
Dengan memusatkan komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat dalam sistem sosial,
agen perubahan dapat mempercepat penerimaan inovasi. Usaha ini lebih ekonomis
karena akan menghemat waktu.
Agen
perubahan cukup berkomunikasi dengan beberapa orang pemuka pendapat, tidak
perlu berkomunikasi dengan semua anggota sistem sosial satu persatu, juga
banyak difusi inovasi yang menunjukkan jika pemuka pendapat telah menerima dan
menerapkan inovasi akan segera diikuti oleh anggota sistem sosial yang lain,
bahkan mungkin sukar untuk menghentikannya. Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman para ahli sering terjadi agen perubahan salah menunjuk inovator
sebagai pemuka pendapat. Mungkin ciri-cirinya hampir sama, bahwa inovator
mempunyai sifat-sifat lebih terbuka, lebih modern tapi belum tentu orang itu
sebagai pemuka pendapat. Bedanya cukup jelas bahwa pemuka pendapat tingkah
lakunya mudah diikuti oleh orang lain, sedangkan inovator hanya lebih dulu
menerima inovasi. Jika agen perubahan lebih memusatkan kegiatan komunikasinya
pada inovator dari pada pemuka pendapat, maka hasilnya akan tampak dapat
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang inovasi, tetapi tidak banyak
pengikutnya. Tingkah laku inovator tidak menjamin diikutinya oleh anggota klien
pada umumnya.
Kesukaran
lain yang sering dijumpai agen perubahan jika agen perubahan terlalu ketat
dalam menentukan persyaratan untuk memilih pemuka pendapat dan kemudian
perhatian hanya dipusatkan pada sekelompok pemuka pendapat tersebut, maka yang
akan terjadi ialah pemuka pendapat itu menjadi lebih inovatif dan juga menjadi
kelompoknya agen perubahan dari sudut pandang klien. Jika ini yang terjadi
kasusnya sama dengan profesional semu, yang diperoleh justru merusak hubungan
antara pemuka pendapat dengan pengikutnya dan juga ada kemungkinan agen perubahan
tidak diperlukan lagi.
11. Kemampuan
klien untuk menilai inovasi
Salah
satu keunikan agen perubahan dalam proses difusi inovasi, ialah memiliki
kompetensi teknik, yang menyebabkan ia berwenang untuk bertindak sesuai dengan
keahliannya dalamengaruhi klien untuk menerima inovasi. Tetapi jika agen perubahan
melakukan pendekatan jangka panjang dalam mencapai tujuan inovasi, maka ia
harus berusaha membangkitkan klien agar memiliki kemampuan teknik dan kemampuan
menilai potensi inovasi yang dicapainya sendiri. Dengan kata lain agen perubahan
harus berusaha menjadikan klien menjadi agen perubahan dirinya sendiri. Bahwa
keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan meningkatnya kemampuan
klien untuk menilai inovasi. Tetapi pada umumnya agen perubahan hanya bekerja
dalam jangka pendek, terutama untuk melancarkan proses kecepatan diterimanya
inovasi. Kesadaran dan kemampuan memperbaharui diri dengan percaya kepada
kemampuan sendiri menjadi tujuan dari pengusaha perubahanan, sedangkan seberapa
kadar yang dapat dicapai tergantung pada usaha agen perubahan.
Sistem
Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi
yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah sistem difusi sentralisasi,
yang sering disebut juga sistem difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok
sistem difusi sentralisasi ialah dengan adanya ide inovasi muncul dari para
ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada
anggota sistem sosial yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan
klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi
sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk
menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan
suatu ide baru, kemudian ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang
menyebarkan, siapa sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut, dan
perencanaan lainya, semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli.
Kemudian mulai
1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana
persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya
banyak terjadi modifikasi atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan.
Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori difusi jauh lebih
tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu sistem difusi yang baru.
Ia menyatakan bahwa sistem sentralisasi tidak dapat menampung munculnya ide-ide
baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan terjadinya difusi melalui
jalur yang horizontal. Maka kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang
ditandai dengan munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli,
tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon
penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebagai agen perubahan.
Perbandingan
antara sistem difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan secara
singkat sebagai berikut. Analisa dari Buku Diffusion Of Inovation
No
|
Karakteristik sistem
difusi
|
Sistem Difusi
Sentralisasi
|
Sistem difusi
Desentralisasi
|
1
|
Pemegang
kekuasaan dan pengambil keputusan
|
Dipegang
oleh pemerintah dan orang yang ahli
|
Pengambilan
keputusan berdasarkan dari anggota. Banyak difusi yang bersifat spontan dan
tidak terencana
|
2
|
Arah difusi
|
Bersifat
top-down dari orang yang ahli kepada masyarakat/klien lokal
|
Dilakukan
dengan unit lokal dan lewat jaringan horizontal
|
3
|
Sumber
inovasi
|
Inovasi
berasal dari orang-orang yang ahli (penelitian dan pengembangan)
|
Inovasi
berasal dari pengalaman dan uji coba yang dilakukan oleh inovator lokal
|
4
|
Siapa yang
memutuskan untuk mendifusikan inovasi
|
Keputusan
mengenai bagaimana pendifusian inovasi dilakukan oleh pemerintah dan orang
yang ahli
|
Unit lokal
yang akan memutuskan berdasarkan evaluasi yang mereka lakukan terhadap
inovasi
|
5
|
Seberapa
penting kebutuhan klien dalam mendorong proses difusi
|
Inovasi
berdasar pada perkembangan teknologi dan menekankan kebutuhan pada
tersedianya inovasi
|
Inovasi
dikembangkan berdasarkan masalah yang terjadi, berdasarkan kebutuhan yang
ingin dipenuhi
|
6
|
Jumlah
penemuan kembali
|
Penemuan
lebih sedikit
|
Penemuan
lebih banyak terjadi
|
1)
Sistem difusi
sentralisasi
(a) Wewenang
pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat
dan para ahli bidang ilmu (technical
subject-matter expert).
(b) Arah
difusi dari pusat ke bawah (top-down),
artinya dari para ahli (penemu inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima
inovasi di daerah.
(c) Sumber
inovasi, dari organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani
oleh para ahli.
(d) Penetapan
difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli di
bidang ilmu.
(e) Pendekatan
yang digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan
adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(f) Tidak
banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi
setempat selama dalam proses difusi inovasi.
2)
Sistem difusi
desentralisasi
(a) Keputusan
dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota sistem difusi. Klien
dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.
(b) Arah
difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer diffusion).
(c) Sumber
inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang
juga sering jadi pemakainya.
(d) Penetapan
difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal) berdasarkan penilaian
inovasi secara informal.
(e) Menggunakan
pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan masalah, yang timbul dari apa
yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik
dari bawah.
(f) Banyak
terjadi reinversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat selama dalam proses
difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari
ciri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau
desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan
continuum dari desentralisasi ke sentralisasi.
Kelebihan dan
kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan sistem
sentralisasi. Adapun kelebihan sistem desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi
yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien
sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalam membuat berbagai
keputusan, seperti masalah yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan
diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan
dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Masalah kesenjangan klien agen perubahan heterophily tidak terjadi, atau kalau
ada sangat kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi datang dari
klien sendiri, dan kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas
tidak perlu biaya untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap
percaya pada kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi.
Kelemahan sistem difusi
desentralisasi jika dibandingkan dengan sistem difusi sentralisasi antara lain:
(1) Jika
inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu
tertentu), maka sistem ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan
terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.
(2) Sistem
difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan
kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi
mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan
sebagainya.
(3) Pada
suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi yang klien tidak
merasa\memerlukanya. Maka jika menggunakan sistem desentralisasi tidak akan
terjadi difusi. Misalnya program KB di negara-negara berkembang seperti: Afrika,
Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi. Kalau menggunakan
desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu
KB.
Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa
(a) Sistem
difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk menyebarkan inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat
tinggi dan sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen
secara relatif lebih tepat dengan sistem sentralisasi.
(b) Dapat
juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsure sistem desentralisasi dan
sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan menggunakan sistem
sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang akan didifusikan
berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.
SIMPULAN
Setiap inovasi
adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum tentu inovasi.
Everett M Rogers, Agen perubahan (the chage
agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima
inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha perubahanan (change agency). Peran agen perubahan
seperti jembatan antara pengusaha perubahan dengan masyarakat dan seperti pelumas agar inovasi bisa
berjalan dengan lancar. Inovasi bisa saja terhambat bahkan gagal tanpa adanya
agen perubahan. Proaktif dan outstanding
result, itulah seharusnya agen perubahan.
Orang yang proaktif adalah orang yang memiliki kepekaan dan inisiatif yang
tinggi terhadap sesuatu masalah. Asal hal tersebut mengacu kepada kebenaran dan
kemajuan. Pribadi yang bisa bekerja melebihi target yang ditetapkan. Itulah
pribadi yang outstanding result. Kedua kaki agen perubahan berpijak diantara
pengusaha perubahan dengan masyarakat.
Seorang agen
perubahan adalah seorang individu yang mempengaruhi keputusan inovasi klien
yang arah dianggap diinginkan oleh agen perubahan. Perubahan agen menghadapi
dua masalah utama: (1) keterpinggiran sosial mereka, karena posisi mereka berada
di tengah-tengah antara agen perubahan dan sistem klien, dan (2) informasi yang
berlebihan, keadaan seseorang atau suatu sistern di mana input komunikasi
berlebihan tidak dapat diproses dan digunakan, menyebabkan kerusakan. Tujuh
peran agen perubahan adalah:
(1) Membangkitkan
kebutuhan untuk berubah
(2) Memantapkan
hubungan pertukaran informasi
(3) Mendiagnosa
masalah yang dihadapi
(4) Membangkitkan
kemauan klien untuk berubah
(5) Mewujudkan
kemauan dalam perbuatan
(6) Menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi
(7) Mengakhiri
hubungan ketergantungan
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi agen perubahan, yaitu sebagai berikut:
1.
Usaha Agen Perubahan
2.
Pengusaha Perubahan
Versus Orientasi pada klien
3.
Sesuai dengan kebutuhan
klien
4.
Empati dari Agen
Perubahan
5.
Homophily dengan klien
6.
Kontak agen perubahan
dengan klien yang berstatus lebih rendah
7.
Pembantu
para-profesional
8.
Kepercayaan klien
terhadap agen perubahan (credibility)
9.
Profesional semu
10. Pemimpin
opini
11. Kemampuan
klien untuk menilai inovasi
Sistem
difusi sentralisasi memiliki ciri ide inovasi muncul dari para ahli yang
kemudian disebarkan dengan bentuk paket yang seragam, klien tinggal menerima
atau menolak inovasi sedangkan sistem difusi disentralisasi dengan ciri ide munculnya
inovasi dari siapa saja dan proses penyebarannya diatur oleh calon penerima
inovasi.
Sistem
difusi sentralisasi difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk
menyebarkan inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan
sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relatif
lebih tepat dengan sistem sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar
beberapa unsur sistem desentralisasi dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk
koordinasi kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan
mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem
desentralisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim. (1988). Inovasi
pendidikan. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of innovation. New York: The Free Press.
Sadida, D. (2011). Agen perubahan. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 10.40
melalui http://sadidadalila.wordpress.com/2011/05/22/agen-perubahan/
2 komentar:
kak......
tau tentang pengertian classik enter praneur???
makasih....
izin kutip ya mba
Posting Komentar