RSS

UTS DIFUSI INOVASI


Nama                            : Rahmita Solihat
NIM                            : 06032681318042
Kelas/ Semester           : Teknologi Pendidikan Reguler Pagi/ 2
Dosen Pengampu         : Dr. Azizah Husin, M.Pd.
                                     Dr. Edi Harapan, M.Pd.

1.   Difusi inovasi adalah proses komunikasi. Jelaskan perbedaan antara komunikasi dalam kaitannya dengan difusi dan arti komunikasi secara umum?
Jawab:

Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal seperti inovasi, individu atau kelompok yang telah mengetahui inovasi, individu aatau kelompok yang belum mengetahui inovasi, dan saluran komunikasi yang menghubungkan antara kedua pihak. Sedangkan komunikasi secara umum merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

2.    Kita tahu bahwa penyebarluasan inovasi biasanya didasarkan asumsi bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif. Jelaskan konsekuensi apa saja yang akan timbul dari suatu adopsi inovasi?
Jawab:
Sebelum beranjak ke konsekuensi yang timbul dari suatu adopsi inovasi, kita mengenal apa itu konsekuensi. Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Dalam suatu adopsi inovasi terdapat tiga konsekuensi, yaitu konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan, konsekuensi langsung dan tidak langsung, dan konsekuensi diantisipasi dan tidak dapat diantisipasi. Konsekuensi diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh fungsional sesuai dengan keinginan individu atau sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal hal tersebut tidak dikehendaki. Konsekuensi langsung adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh langsung terhadap individu atau sistem sosial, sedangkan konsekuensi tidak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung suatu inovasi masih memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu yang lebih lama. Konsekuensi diantisipasi adalah konsekuensi yang telah diperkirakan sebelumnya, sedangkan konsekuensi tidak dapat diantisipasi bisa bersifat positif bisa pula bersifat negatif artinya perubahan-perubahan yang tidak terlihat dan tidak dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi inovasi maupun perubahan-perubahan yang terlihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi inovasi.

3.        Bagaimanakah implementasi inovasi di tingkat sekolah?
Jawab:
Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Dalam hal implementasi inovasi di sekolah, maka guru merupakan faktor terpenting yang harus melaksanakan inovasi dengan memperhatikan hal-hal berikut :
      Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam mendidik siswa
      Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru
  Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik
      Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas
  Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa

Proses keputusan inovasi di tingkat sekolah berawal dari pengetahuan atau kesadaran para personil di sekolah / guru tentang kebutuhan akan sebuah inovasi yang akan membantu memecahkan persoalan yang mereka hadapi sampai dengan pengadopsian suatu inovasi. Untuk mencapai hal tersebut ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu :
1)        Tahap Akuisisi Informasi :
Para guru memperoleh dan memahami Informasi tentang suatu inovasi, umpamanya tentang metodologi pengajaran, media pembelajaran yang baru dari berbagai sumber ( buku, jurnal, koran, dll).
2)        Tahap Evaluasi Informasi :
Orang mengevalusi informasi tentang inovasi, dengan berbagai pertimbangan apakah sesuai atau tidak dalam memenuhi kebutuhan.
3)        Tahap Adopsi :
Yaitu proses keputusan apakah akan melaksanakan atau menolak suatu inovasi

4.        Dalam implementasinya kita sering mendapatkan beberapa hambatan yang berkaitan dengan inovasi. Jelaskan hambatan apa saja yang menjadi penghambat dalam pengimplementasian inovasi?
Jawab:
Dalam pengimplementasian inovasi terdapat empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi yaitu:
a)         Hambatan Psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya perubahan. Jenis hambatan ini dapat kita contohkan yaitu dimensi kepercayaan/keamanan versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah.

b)        Hambatan Praktis
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Hambatan praktis dapat terjadi pada waktu, sumber daya, dan sistem.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengalokasikan banyak waktu bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan terjadi.
Masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi sebagai contoh tentang hambatan praktis. Dalam perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda dari praktek di masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang besar antara yang lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam bentuk keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi. Ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku teks dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering kali tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi.
Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk melakukan perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber atau jenis sumber lainnya, melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu.

c)         Hambatan nilai-nilai
Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta, maka bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul.

d)        Hambatan kekuasaan
hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta, maka bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul.

5.        Atribut inovasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya laju suatu inovasi untuk diadopsi oleh anggota sistem sosial. Apa yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi?
Jawab:
Tingkat adopsi inovasi dipengaruhi oleh:
a)         jenis keputusan inovasi (opsional, kolektif atau atas dasar otoritas),
b)        jenis saluran komunikasi yang digunakan,
c)         norma, sifat kesalingterhubungan individu, dst. dalam komunitas adopter dan
d)        upaya agen perubahan.

Selain itu, ditemukan bahwa: sampai tingkat kesadaran inovasi mencapai 20-30% tingkat adopsi rendah, sedangkan setelah ambang tersebut tingkat kesadaran dan tingkat adopsi meninggi dan over adopsi adalah fenomena inovasi diadopsi padahal menurut para ahli sebaiknya tidak diadopsi.

0 komentar:

Posting Komentar