Oleh: Rahmita Solihat
PENDAHULUAN
Sebagai seorang profesional,
seorang guru sudah pasti harus betul-betul memiliki wawasan yang luas dibidang
pendidikan. Salah satu
wawasan yang perlu dimiliki guru adalah strategi
instruksional yaitu cara dalam rangka mencapai sasaran yang telah digariskan
dalam tujuan pembelajaran.
Dengan pengembangan
strategi tersebut, guru mempunyai pedoman berkenaan dengan berbagai alternatif
pilihan yang mungkin, dapat atau harus ditempuh supaya kegiatan
belajar-mengajar itu berlangsung secara teratur, sistematis, terarah, lancar
dan efektif.
Menurut Newman dan
Logan, strategi meliputi empat hal penting sebagai berikut: a)
pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi tujuan yang harus
dicapai, b) pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan untuk mencapai sasaran,
c) pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai
akhir dimana sasaran tercapai, d) pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan
ukuran baku untuk dipergunakan dalam mengukur taraf keberhasilan sesuai dengan
tujuan yang dijadikan sasaran.
Strategi instruksional
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan instruksional, garis besar isi
instruksional dan sistem peluncuran yang terdiri dari metode instruksional,
media dan alat instruksional, serta alokasi waktu yang digunakan dalam proses
instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan
(Suparman, 2012:245).
Dick dan Carey dalam
Suparman (2012:236) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan
komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional dan prosedur-prosedur
yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil
belajar tertentu pada siswa.
Setiap guru memiliki
cara atau style yang berbeda dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Ada yang cukup menggunakan satu model dan satu
metode, ada juga yang menggunakan satu model yang terdiri dari beberapa metode.
Walaupun terdapat variasi dalam proses tersebut, pada dasarnya ada satu hal
yang harusnya tetap sama yaitu keyakinan guru dalam menggunakan model ataupun
metode atau yang dikenal juga dengan kata yang lebih luas, strategi tersebut
bertujuan agar siswa dapat memahami apa yang akan ia sampaikan.
Keberagaman dalam
memvariasikan model, metode dan media tersebut harusnya tetap memiliki
pola atau standarisai agar dapat dikatakan baik. Terkait dengan bagaimana cara
menyusun strategi instruksional yang baik inilah penulis angkat sebagai
permasalahan pada makalah ini. Adapun strategi instruksional yang disusun
berdasarkan strategi instruksional dalam model pengembangkan Instruksional
yang dikembangkan oleh Suparman (2012).
Berikut di dalam
makalah ini akan diuraikan satu persatu unsur-unsur dalam menentukan
pengembangan strategi instruksional. Disini diperlukan strategi dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan instruksional. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai definisi strategi instruksional, komponen yang terlibat dalam
pengembangan strategi instruksional, urutan kegiatan dalam pengembangan
strategi instruksional dan contoh kegiatan strategi instruksional pada siswa
kelas V MI Al-Awwal Palembang.
PEMBAHASAN
Definisi
Strategi Instruksional
Secara umum strategi
mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran,
strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik
dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
(Trianto, 2007).
Pengertian strategi
pembelajaran atau instruksional secara detail diungkapkan oleh Suparman (2012:245),
bahwa strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditentukan.
Dick dan
Carey dalam Suparman (2012:236) mengatakan bahwa suatu strategi
instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu strategi bahan
instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan
tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa.
Dari beberapa pendapat
ahli tersebut diatas, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa strategi
instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian
materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta alokasi waktu
yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditentukan.
Komponen
Metode Instruksional
Komponen
metode instruksional terdiri dari beberapa metode yang digunakan dalam setiap
langkah pada urutan kegiatan instruksional. Setiap langkah mungkin menggunakan
satu atau beberapa metode atau mungkin pula setiap langkah menggunakan metode
yang sama. Tidak semua metode instruksional sesuai untuk digunakan dalam mencapai
tujuan instruksional tertentu. Oleh karena itu, seorang pengembang
instruksional harus memilih metode yang sesuai untuk setiap TIK yang
ingin dicapai. Metode-metode yang dapat digunakan antara lain Metode
instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan isi pelajaran kepada
siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai metode yang digunakan dalam
kegiatan instruksional antara lain dengan tabel berikut ini :
Hubungan
antara Metode dengan Kemampuan yang akan dicapai
NO
|
METODE
|
KEMAMPUAN DALAM TIK
|
1
|
Ceramah
|
Menjelaskan
konsep, prinsip, atau prosedur
|
2
|
Demontrasi
|
Melakukan
suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu
|
3
|
Penampilan
|
Melakukan
suatu keterampilan
|
4
|
Diskusi
|
Menganalisis/memecahkan
masalah
|
5
|
Studi
Mandiri
|
Menjelaskan/menganalisis/mensisntesis/mengeva-luasi
sesuatu yang bersifat kognitif dan psikomotorik
|
6
|
Kegiatan
Instruksional Terprogram
|
Menjelaskan
konsep, prinsip, atau prosedur
|
7
|
Latihan
dengan Teman
|
Melakukan
suatu keterampilan
|
8
|
Simulasi
|
Menjelaskan,
menerapkan dan menganalisis suatu konsep dan prinsip
|
9
|
Sumbang
Saran
|
Menjelaskan,
menerapkan, menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentu
|
10
|
Studi
Kasus
|
Menganalisis/memecahkan
masalah
|
11
|
CAL
|
Menjelaskan,
menerapkan, menganalisis. Mensintesis, mengevaluasi sesuatu
|
12
|
Insiden
|
Menganalisis,
memecahkan masalah
|
13
|
Praktikum
|
Melakukan
suatu keterampilan
|
14
|
Proyek
|
Melakukan/menyusun
laporan suatu kegiatan
|
15
|
Bermain
Peran
|
Menerapkan
suatu konsep, prinsip atau prosedur
|
16
|
Seminar
|
Menganalisis,
memecahkan masalah
|
17
|
Simposium
|
Menganalisis
masalah
|
18
|
Tutorial
|
Menjelaskan,
menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur
|
19
|
Deduktif
|
Menjelaskan,
menerapkan, menganalisis suatu konsep, prinsip dan prosedur
|
20
|
Induktif
|
Mensintesis
suatu konsep, prinsip atau perilaku
|
(Suparman,
2012:261)
Menurut Suparman
(2012:252) metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan
(menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan) isi atau materi instruksional
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Metode instruksional yang
digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V MI Al-Awwal
Palembang yaitu metode ceramah dan diskusi.
(1) Metode
Ceramah
Metode
ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa MI Al-Awwal Palembang dan
biasanya diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.
Beberapa kelebihan metode ceramah
adalah:
a.
Guru mudah menguasai kelas.
b.
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c.
Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d.
Waktu terbatas sedangkan informasi yang akan
disampaikan banyak
Beberapa kelemahan metode ceramah
adalah :
a. Partisipasi
peserta didik rendah
b. Kemajuan
peserta didik sulit dipantau
c. Perhatian
dan minat peserta didik tidak dipantau
d. Anak didik
yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih
tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
f. Bila terlalu
lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
(2) Metode
Diskusi
Metode
Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau siswa MI Al-Awwal Palembang
dengan pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau permasalahan
tertentu. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:
a.
Mendorong siswa berpikir kritis.
b.
Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara
bebas.
c.
Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama.
d.
Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang
seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai
berikut :
a.
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan.
b. Menyadarkan
anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.
Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi.
Kelemahan metode diskusi sebagai
berikut :
a.
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
b.
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
c.
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d.
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal
Komponen Media Instruksional
Kata media dalam
“media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar;
sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang
diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”.
Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi
media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk
mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat
kegiatan belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang
diterima siswa diperoleh melalui media. Terjadinya belajar
bermakna ini tidak terlepas dari peran media terutama dari kedudukan dan
fungsinya. Secara umum media mempunyai kegunaan:
a.
Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya
indra.
c.
Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung
antara murid dengan sumber belajar.
d.
Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
e.
Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman
& menimbulkan persepsi yang sama.
Sebuah media
yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu menjadi dambaan dan kebutuhan
untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media tersebut diperlukan beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pemilihan media. Terdapat
beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan media, meskipun caranya
berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat bahwa setiap media memiliki kelebihan
dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas program
pembelajaran.
Dalam hal
ini tidak ada satu media yang sempurna, dengan kata lain dapat digunakan dalam
semua situasi, semua karakteristik siswa dan semua mata pelajaran, namun media
sifatnya kondisional dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan. Sejalan dengan
hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral
dalam proses pendidikan yang fokusnya akan memperhatikan beberapa komponen,
diantaranya :
(1)
Instructional
Goals, yaitu tujuan instruksional apa yang akan dicapai dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna
mencapai tujuan tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum berbasis kompetensi
maka kita harus memperhatikan: standar kompetensi, kompetensi dasar dan
terutama indikator.
(2)
Instructional
content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada
program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok
bahasan tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus dicapai, dengan
demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian
bahan tersebut.
(3)
Learner
Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa, yaitu
mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan dikaitkan dengan
karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif
(kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan
digunakan.
(4)
Media
selection, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena pemilihan media
pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah media yang ada
ataupun yang akan dikembangkan.
Komponen Waktu
Komponen
terakhir alam strategi instruksional adalah waktu. Waktu yaitu jumlah waktu
dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk menyelesaikan
setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Menghitung waktu sangat
penting bagi pengajar, pengajar harus dapat membagi waktu untuk setiap langkah
dalam pendahuluan, pennyajian, dan penutup.
Penentuan
jumlah waktu bagi pengejar dan peserta didik pada setiap langkah urutan
kegiatan instruksional merupakan suatu batasan bagi pengajar dan mahasiswa
bahwa tujuab instruksional akan dapat dicapai bilamereka dapat memenuhinya.
Karena walaupun tujuan instruksional sama metode dan media yang digunakan sama,
tetapi penekanan jumlah waktu berbeda, hasilnya dapat berbeda pula.
Menyusun Strategi Instruksional
Penyusunan
strategi instruksional haruslah berdasarkan tujuan instruksional yang akan
dicapai sebagai kriteria utama. Disamping itu penyusunan juga harus
mempertimbangkan pengajar, waktu, biaya dan fasilitas.
Berikut ini akan diuraikan tahapan
penyusunan strategi instruksional:
(1) Isilah nomor
TIK yang strategi instruksional yang akan disusun. Ini berarti pengembang
instruksional akan menyusun satu strategi instruksional untuk satu TIK.
(2) Kolom satu
telah diisi dengan pendahuluan, penyajian, dan penutup, pada kolom kedua diisi
urutan kegiatan instruksional yang sesuai untuk menghasilkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang tercantum pada TIK
(3) Kolom tiga
diisi dengan garis-garis besar materi yang akan diberikan oleh pengajar dalam
setiap urutan kegiatan. Kolom 4 disikan tentang metode yang digunakan, kolom 5 tentang
media yang akan digunakan, sedangkan kolom 6 tentang waktu yang dibutuhkan.
Tabel 1. Komponen
Utama dan Subkomponen dalam strategi instruksional
Urutan kegiatan instruksional
|
Metode
|
Media
|
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
Deskripsi
Singkat:
Relevansi:
TIK/Tujuan
Pembelajaran:
|
|||
Penyajian
|
Uraian:
Contoh:
Latihan:
|
|||
Penutup
|
Tes
Formatif:
Umpan
Balik:
Tindak
Lanjut:
|
Subkomponen
Pendahuluan
Dick dan Carey
(1985) menyebutnya preinstructional activities dan Universitas Terbuka
menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan
awal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa agar siap dalam
mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Seorang pengajar yang
baik tidak akan mendadak mengajarkan topik pada hari itu. Pengajar yang baik
harus bersedia menggunakan waktunya sejenak untuk mengikuti siswanya, baru
kemudian pelan-pelan masuk ke dalam topik yang akan dibahas. Selain itu,
pengajar yang baik akan meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran
baru sebelum ia mengajarkannya dengan cara menjelaskan apa manfaat pelajaran
bagi kehidupan siswa di kemudian hari.
Subkomponen Penyajian
Penyajian
adalah subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran
karena memang merupakan inti kegiatan pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga
pengertian pokok, yaitu: urain, contoh, dan latihan.
Subkomponen
Penutup
Subkomponen terakhir ini terdiri
dari dua langkah, yaitu: pertama tes formatif dan umpan balik, kedua tindak
lanjut.
a. Tes Formatif
Adalah satu
set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas yang dilakukan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran.
Selain itu tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa secara aktif dan
secara efektif membuat siswa menguasai pelajaran. Hasil tes formatif harus
diberitahukan kepada siswa sebagai umpan balik, agar proses belajar menjadi
efektif, efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salahsatu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
b.
Tindak
lanjut
Adalah
kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan umpan balik.
Siswa yang mendapatkan hasil tes dengan nilai baik, dapat melanjutkan ke bagian
pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam
pengetahuan. Sedangkan siswa dengan nilai kurang baik harus mengulang isi
pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau
berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus dilakukan siswa merupakan salahsatu bentuk pemberian tanda
dan bantuan kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
Contoh
kegiatan istruksional di MI Al-Awwal Palembang
Desain
Instruksional
1.
Perilaku
Umum
Mengidentifikasi
unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
2.
Perilaku
Khusus
Perilaku
umum di atas diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus seperti berikut ini:
o
Menyebutkan tokoh-tokoh cerita dari
video
o
Menjelaskan latar cerita dari video
o
Menentukan tema cerita dari video
o
Menyimpulkan amanat yang disampaikan
dari video
3.
Mengidentifikasi
Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Perilaku dan karakteristik awal siswa diidentifikasi
dengan tanya jwab. Populasi sasaran adalah siswa kelas V MI Al-Awwal Palembang.
Berdasarkan analisis hasil tanya jawab di atas dapat disimpulkan bahwa Materi
yang perlu diajarkan kepada siswa adalah:
1)
Menentukan tema cerita dari video
2)
Menyimpulkan amanat yang disampaikan
dari video
3)
Media pembelajaran yang bisa dipakai
adalah audiovisual
4.
Perumusan
Tujuan Instruksional Khusus
Tabel
2. Penentuan
Audience
|
Behaviour
|
Condition
|
Degree
|
Siswa MI
Al-Awwal kelas V
|
Menentukan
tema cerita dari video
|
Diberikan tampilan
audiovisual tentang sebuah cerita
|
90%
Benar
|
Audience
|
Behaviour
|
Condition
|
Degree
|
Siswa MI
Al-Awwal kelas V
|
Menyimpulkan
amanat yang disampaikan dari video
|
Diberikan
tampilan audiovisual tentang sebuah cerita
|
90%
Benar
|
* 90% benar adalah kriteria yang
diperoleh dari ketepatan dan ketelitian siswa dalam menentukan tema dan
menyimpulkan amanat yan g disampaikan.
Berdasarkan tabel penentuan di atas,
dapat ditentukan tujuan instruksional khusus untuk perilaku khusus mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar,
amanat)
1)
Jika diberikan tampilan audiovisual
tentang sebuah cerita siswa dapat menentukan tema cerita dari video.
2)
Jika diberikan tampilan audiovisual
tentang sebuah cerita siswa dapat menyimpulkan amanat yang disampaikan dari
video.
5.
Menentukan
Tes Acuan Patokan
Tujuan tes ini untuk memberikan umpan
balik bagi siswa tentang hasil belajar siswa dalam tahap proses belajarnya.
Tabel
3. Tabel Spesifikasi
No
|
Daftar
Perilaku
|
Bobot
Perilaku
|
Jenis
Tes
|
Jumlah
|
1
|
Menentukan
tema cerita dari video
|
100
%
|
Tertulis
(Essay)
|
1
soal
|
2
|
Menyimpulkan
amanat yang disampaikan dari video
|
100
%
|
Tertulis
(Essay)
|
1
soal
|
Tabel
3.1 Butir Tes
No
|
TIK
|
Butir Soal
|
Petunjuk
|
Kunci Jawaban
|
Skor
|
1
|
Jika diberikan tampilan audiovisual tentang sebuah
cerita siswa dapat menentukan tema cerita dari video.
|
Tentukan
tema cerita!
|
Tuliskan tema cerita Kancil dan
Kera dengan mengperhatikan video yang ditampilkan
(Waktu 10 menit)
|
Kecerdikan Kancil
|
40
|
2
|
Jika diberikan tampilan audiovisual tentang sebuah
cerita siswa dapat menyimpulkan amanat yang disampaikan dari video
|
Simpulkanlah
amanat yang terdapat dalam cerita!
|
Tuliskan
amanat yang disampaikan dari video
(Waktu
10 menit)
|
- Jangan mudah terpengaruh dengan
perkataan orang lain
- Kita harus menjaga emosi agar
tetap berpikir jernih
|
50
|
6.
Pengembangan
Strategi Instruksional
Kelas/ Semester : V/2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
TIK :
Jika diberikan
tampilan audiovisual tentang sebuah cerita siswa
dapat
menentukan tema cerita dari video
Tabel
4. Strategi Instruksional 1
Uraian Kegiatan
Instruksional
|
Metode
|
Media
|
Waktu Belajar
|
||
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
|
Deskripsi singkat
|
Materi ini tentang bagaimana menentukan tema
|
Ceramah
|
Buku
Ms. Power Point
|
5 menit
|
Relevansi
|
Materi ini berhubungan dengan materi jenis-jenis
cerita
|
Ceramah
|
Ms. Power Point
|
||
TIK
|
Jika diberikan tampilan audiovisual tentang sebuah
cerita siswa dapat menentukan tema cerita dari video
|
Diskusi
|
Audiovisual
|
||
P
E
N
Y
A
J
I
A
N
|
Uraian
|
Penentuan tema
Langkah-langkah:
- Perhatikan video cerita tentang
Kancil dan Kera
- Tentukan tema cerita dari video
tersebut
|
Diskusi
|
Video
|
10
menit
|
Contoh
|
Perhatikan
video, temukan tema dalam cerita
|
Diskusi
|
Audiovisual
|
5 menit
|
|
Latihan
|
Siswa
mengerjakan soal yang struktur soalnya serupa dengan contoh soal yang
diberikan
|
Diskusi
siswa
|
LKS
|
5 menit
|
|
P
E
N
U
T
U
P
|
Tes Formatif
|
Siswa
mengerjakan 1 tes soal formatif tentang menentukan tema dari cerita Kancil
dan Buaya
|
Kertas
soal
|
10
menit
|
|
Tindak Lanjut
|
- Siswa bersama guru menyimpulkan
materi pembelajaran
- Menugaskan siswa membaca materi
mengenai unsur cerita
|
Tanya
jawab
Ceramah
|
|||
Jumlah
waktu
|
35
menit
|
Tabel
4. Strategi Instruksional 2
Uraian Kegiatan
Instruksional
|
Metode
|
Media
|
Waktu Belajar
|
||
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
|
Deskripsi singkat
|
Materi ini tentang bagaimana cara mengambil
kesimpulan dari amanat
|
Ceramah
|
Buku
Ms. Power Point
|
5 menit
|
Relevansi
|
Materi ini memberikan pesan dalam perjalanan hidup
|
Ceramah
|
Ms. Power Point
|
||
TIK
|
Jika diberikan tampilan audiovisual tentang sebuah
cerita siswa dapat myimpulkan amanat yang ada pada cerita Kancil dan Kera
|
Diskusi
|
Audiovisual
|
||
P
E
N
Y
A
J
I
A
N
|
Uraian
|
Penentuan amanat
Langkah-langkah:
- Perhatikan video cerita tentang
Kancil dan Kera
- Tentukan amanat cerita dari
video
|
Diskusi
|
Video
|
10
menit
|
Contoh
|
Perhatikan video, tentukan amanat dari sebuah
cerita Kancil dan Kera
|
Diskusi
|
Audiovisual
|
5 menit
|
|
Latihan
|
Siswa
mengerjakan soal yang struktur soalnya serupa dengan contoh soal yang
diberikan
|
Diskusi
siswa
|
LKS
|
5 menit
|
|
P
E
N
U
T
U
P
|
Tes Formatif
|
Siswa
mengerjakan 1 tes soal formatif tentang menentukan amanat dari cerita Kancil
dan Buaya
|
Kertas
soal
|
10
menit
|
|
Tindak Lanjut
|
- Siswa bersama guru menyimpulkan
materi pembelajaran
- Menugaskan siswa membaca materi
mengenai unsur cerita
|
Tanya
jawab
Ceramah
|
|||
Jumlah
waktu
|
35 menit
|
KESIMPULAN
Pengembangan strategi instruksional
merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang di dalamnya terdapat komponen untuk menyusun suatu strategi, diantaranya
ada kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu. Salah satu unsur utama
dalam pengembangan instruksional adalah pemilihan metode yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan. Tetapi semua itu saling mempengaruhi satu sama
lain dalam pembuatan ataupun penyusunan strategi instruksional. Strategi
instruksional ini berbeda-beda menurut situasi, kondisi, toleransi, dan
jangkauan di suatu tempat pengajaran, walaupun materi atau isi pelajaran sama.
Oleh karena itu, seluruh pengajar harus bisa menyusun atau mengembangkan
strategi instruksionalnya agar dapat mencapai tujunnya dan proses belajar
mengajarnya dapat efektif dan efisien.
Dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia, pada dasarnya tidaklah berbeda dengan mata pelajaran lain.
Akan tetapi dalam hal-hal tertentu memiliki perbedaan. Sehingga dalam memilih
metode instruksionalpun harus disesuaikan dengan tujuan instruksional Bahasa
Indonesia yang ditetapkan sesuai dengan materi yang diberikan. Dalam hal ini, strategi
yang digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam menentukan tema dan
amanat sebuah cerita meliputi metode ceramah dan diskusi.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmadi,
K., & Nirbaya, R. (2008). Bahasa
Indonesia untuk SD dan MI kelas V. Jakarta: pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Sadiman,
A. S., Rahardjo., Haryono, A., & Rahardjito. (2009). Media pendidikan. pengertian, pengembangan,
dan pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suparman, M. A. (2012). Desain instruksional modern. Jakarta:
Erlangga
1 komentar:
Rubbish blog! it's useless when you just copy and paste from another blog...
Posting Komentar